Selasa, 19 Mac 2013

PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI BRAZIL


Pokok permasalahan :
1.      Bagaimana sejarah masuknya agama islam di brazil?
2.      Bagaimana budaya islam di brazil?
3.      Bagaimana keadaan dakwa islam di brazil ?
4.      Masa depan islam di brazil?

5.       
Pendahuluan :
            Sejak ditemukannya Brasil oleh orang Spanyol pada abad ke-15 dan didatangkannya para budak dari barat dan utara Afrika, dunia Latin mulai dikenalkan pada Islam. Para budak dan orang Spanyol ini hidup tersebar di Brasil, Venezuela, Kolombia, dan Kepulauan Karibia.Sebagian besar Muslim saat itu adalah para budak. Tapi, dalam beberapa kasus mereka harus mengganti kepercayaannya secara terpaksa. Dan, seiring dengan berjalannya waktu, Islam pun menghilang dari negara-negara Amerika Latin, termasuk Brasil.
Pada akhir abad ke-16, setelah pembebasan para budak, muncul komunitas muslim. Para budak yang dibebaskan ini membentuk komunitas bersama dengan imigran dari India dan Pakistan. Berdasarkan beberapa dokumen, selama tahun 1850 dan 1860, terjadi imigrasi besar-besaran muslim Arab ke tanah Amerika.
Sebagian besar mereka datang dari Suriah dan Lebanon. Mereka menetap di Argentina, Brasil, Venezuela, dan Kolombia. Sebagian juga tinggal di Paraguay, bersama-sama dengan imigran dari Palestina, Bangladesh, dan Pakistan. Imigrasi ini berlangsung secara terus-menerus dan mulai berkurang pada tahun 50-an. Sementara di Kolombia, pengurangan imigran terjadi pada dekade 70-an. Hingga kini masih banyak yang menetap di Brasil dan Venezuela .


Sejarah Islam di Brasil dimulai dengan masuknya orang-orang Afrika dalam bentuk perbudakan
MENURUT data statistik resmi tahun 2000, terdapat 27.239 muslim yang bermukim di Brasil. Kebanyakan penduduk muslim berdiam di daerah Sao Paulo dan Parana. Sebagian besar dari mereka merupakan imigran Lebanon yang hijrah dari negara asal mereka, akibat perang saudara. Namun berdasarkan surat kabar terbitan setempat, jumlah penduduk muslim di Brasil sekitar 56.000 sampai 70.000 orang. Sedangkan menurut otoritas Islam yang ada, jumlah muslim di Brasil ada sekitar 1 juta hingga 1,5 juta orang. Sejarah Islam di Brasil dimulai dengan masuknya orang-orang Afrika dalam bentuk perbudakan. Brasil menerima 37% dari seluruh budak Afrika yang diperdagangkan, berjumlah sekitar 3 juta orang. Sejak tahun 1550, orang Portugis telah menggunakan budak bangsa Afrika untuk bekerja di kebun tebu yang sebelumnya dimusnahkan oleh penduduk setempat.
Sebagian sarjana menyatakan bahwa Brasil merupakan negara Amerika yang paling banyak menerima muslim bangsa Afrika. Tahun 1835 di Bahia, muslim berbagai bangsa pernah mengadakan suatu pemberontakan. Peristiwa itu menyebabkan banyak orang terbunuh. Sejak itu, Portugis berjaga-jaga terhadap Afro-Muslim, termasuk memaksa mereka menganut agama Katolik. Walaupun demikian, komunitas muslim di Brasil tidak dapat dienyahkan begitu saja. Hingga tahun 1900, tercatat masih terdapat 10.000 Afro-Muslim yang hidup di Brasil.
Setelah masa asimilasi paksa terhadap Afro-Muslim, perkembangan Islam di Brasil telah memasuki suatu era yang baru dengan adanya imigran Muslim Timur Tengah ke negara ini. Kebanyakan mereka berasal dari Suriah
Keberadaan Islam di Brasil sempat melahirkan kontroversi. Berdasarkan sejarah tradisional Brasil, penemuan negara ini tidak terlepas dari penjelajah Portugis bernama Pedro Alvarez Cabral. Belakangan, sumber sejarah terbaru menyodorkan satu fakta berbeda bahwa penemu Brasil adalah penjelajah asal Spanyol.
Semakin banyak ahli sejarah, baik muslim maupun non-muslim, yang kian menyadari kuatnya kehadiran muslim di periode awal penemuan Amerika. Bukti itu diperkuat dengan penemuan prasasti bertuliskan nama Allah.
Dalam bahasa asli orang Amerika, bisa ditemukan dengan mudah kata-kata asli Arab. Bahkan nama beberapa kota di Brasil yang sering dikaitkan dengan bahasa asli orang Amerika, sebenarnya lebih cocok dikatakan sebagai bahasa Arab asli.
Apabila seluruh informasi ini dikonfirmasikan dan dicatat sebagai bagian dari sejarah Brasil, bisa jadi Brasil ditemukan oleh seorang muslim 500 tahun lalu. Selain itu, melalui budak muslim yang dibawa dari Afrika, kita juga bisa mengidentifikasi pengaruh kebudayaan Islam, meski sebagian besar cenderung terdistorsi belakangan ini. Bukti ini bisa ditemui di bagian timur laut Brasil.
Sejak ditemukannya Brasil oleh orang Spanyol pada abad ke-15 dan didatangkannya para budak dari barat dan utara Afrika, dunia Latin mulai dikenalkan pada Islam. Para budak dan orang Spanyol ini hidup tersebar di Brasil, Venezuela, Kolombia, dan Kepulauan Karibia.Sebagian besar Muslim saat itu adalah para budak. Tapi, dalam beberapa kasus mereka harus mengganti kepercayaannya secara terpaksa. Dan, seiring dengan berjalannya waktu, Islam pun menghilang dari negara-negara Amerika Latin, termasuk Brasil.
Pada akhir abad ke-16, setelah pembebasan para budak, muncul komunitas muslim. Para budak yang dibebaskan ini membentuk komunitas bersama dengan imigran dari India dan Pakistan. Berdasarkan beberapa dokumen, selama tahun 1850 dan 1860, terjadi imigrasi besar-besaran muslim Arab ke tanah Amerika.
Sebagian besar mereka datang dari Suriah dan Lebanon. Mereka menetap di Argentina, Brasil, Venezuela, dan Kolombia. Sebagian juga tinggal di Paraguay, bersama-sama dengan imigran dari Palestina, Bangladesh, dan Pakistan. Imigrasi ini berlangsung secara terus-menerus dan mulai berkurang pada tahun 50-an. Sementara di Kolombia, pengurangan imigran terjadi pada dekade 70-an. Hingga kini masih banyak yang menetap di Brasil dan Venezuela .
Komunitas ini, seperti halnya di Amerika Serikat, membaurkan dirinya dengan kegiatan nasional, bekerja keras dan mencintai negara yang menaunginya. Banyak dari mereka yang menciptakan komunitas Islam, Pusat Dakwah Islam, dan masjid.
Bagaimana pun, semua itu membuktikan Islam bukanlah barang asing bagi kebudayaan Brasil, melainkan bagian penting dari kebudayaan Brasil. Setidaknya, itulah pandangan Maria Moreira. Ia adalah mualaf Brasil yang kini tinggal di Mesir dan pengajar di Universitas Rio de Janeiro . Karena itu, Maria optimistis, Islam bisa diperkenalkan kepada masyarakat Brasil secara lebih meluas. Memperkenalkan Islam kepada masyarakat Brasil melalui tingkah laku yang sopan tentunya akan sangat penting. Lebih penting dari sekadar melalui kata-kata atau khutbah.
Ini juga penting untuk mengembalikan kebudayaan asli Brasil dan secara berhati-hati menghapuskan kepentingan politik dan agama yang muncul di masa lalu. Sayangnya, kepentingan politik dan pribadi malah datang dari muslim itu sendiri. Banyak dari mereka yang menunda atau bahkan tidak melaksanakan kewajiban tersebut.
Saat ini di semua negara Amerika Latin, terdapat komunitas muslim, baik pendatang maupun penduduk asli yang memeluk Islam sebagai keyakinannya. Berdasarkan statistik, jumlah muslim di Amerika Latin melebihi empat juta jiwa.
Budaya islam di brazil
Budaya Bertentangan dengan Islam KEKHAWATIRAN berkembangnya konflik yang dipicu oleh pemuatan kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW yang dilakukan surat kabar Denmark, Jylland Posten ternyata menjadi kenyataan. Bukan hanya sekadar konflik wacaca soal kebebasan bereskpresi, masalah ini terus meluas menjadi perselisihan antaragama, terutama Islam dan Kristen.
Perselisihan yang membahayakan kerukunan umat beragama ini juga menarik perhatian bukan hanya agamawan Islam, melainkan juga Kristen. Bertempat di Porto Alegre, Brasil, Lembaga Gereja Dunia atau (World Council of Churchs/WCC) menggelar pertemuan besar gereja yang dihadiri agamawan Kristen, ilmuwan dan tokoh agama.
Pertemuan ini bukan hanya membahas kepentingan umat Kristen dunia, melainkan juga membahas isu global yang terjadi saat ini, yaitu perselisihan antar Islam dan Kristen yang semakin meluas akibat pemuatan kartun nabi. Karenanya pihak gereja juga mengundang agamawan Islam untuk mencari titik temu perselisihan antar agama yang sangat mudah terbakar ini.Pertanyaannya, mengapa Brasil menjadi ajang perhelatan ini? Brasil merupakan negara terbesar di Amerika Latin dengan jumlah penduduk 170 juta jiwa dan mayoritas penduduknya adalah penganut Katolik taat. Saat polemik pemuatan karikatur Nabi SAW menyeruak, negara ini adem ayem saja.
Islam memang sudah hadir di negara ini sejak lebih dari 500 tahun. Namun jumlah muslim di negara ini merupakan minoritas. Mereka juga menempuh cara ‘sopan’ dalam memprotes karikatur itu. Bukan dengan turun ke jalan, tapi lebih pada seruan introspeksi. “Tunjukkan pribadi Rasulullah SAW melalui diri Anda,’’ begitu seruan para pemimpin muslim di negara itu.
Keadaan  dakwa islam di brazil
Dakwah Islam di Brasil lebih ditujukan bagi komunitas mereka sendiri. Populasi orang Brasil yang menjadi muslim hanyalah satu persen saja atau 10 ribu orang. Sebagian besar dari mereka tinggal di kawasan Sao Paulo dan Parana. Mereka merupakan komunitas muslim asal Libanon yang meninggalkan negaranya ketika terjadi perang sipil.
Mayoritas penduduk Brasil merupakan penganut Katolik yang sangat taat. Bahkan negara ini merupakan salah satu negara Katolik terbesar di dunia. Namun saat ini, Katolik telah banyak kehilangan pengikut di negara yang dikenal dengan sepakbolanya ini. Mengenai soal minimnya penganut Islam di negara ini dikaitkan dengan kebudayaan Latin yang bertentangan dengan ajaran Islam. Kebudayaan Brasil dipenuhi dengan aneka permainan, senang menari, dan sederet aktivitas budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Syekh Khalil Saifi, koordinator The Center of Divulgation of Islam to Latin America yang berpusat di Sao Bernardo do Campo, menyatakan, dakwah Islam di negeri ini baru sebatas ‘menghadirkan’ Islam dan membantu masyarakat Brasil mengenal Islam. Selain itu juga memelihara hubungan mereka dengan bahasa dan juga kebudayaan Islam. “Orang Brasil yang datang ke sini pastilah sebelumnya bersentuhan terlebih dahulu dengan komunitas muslim-Arab,’’
Minim Dai dan Guru Agama MUSLIM di Brasil kekurangan dai dan guru agama, meski masjid dan madrasah banyak berdiri di Brasil. Kondisi ini memang sangat disayangkan. Pada saat masjid dan madrasah sudah berdiri, juru dakwah dan mereka yang berpengalaman dalam bidang agama masih sangat minim sehingga pengelolaannya tidak maksimal.
Mingguan berbahasa Arab, Al ‘Alam Al Islamy edisi 29 Agustus lalu mengungkapkan, umat Islam di Brasil sejak lama berupaya untuk mendirikan sarana ibadah berupa masjid dan madrasah. Bagi mereka, upaya ini tentu bukan hal yang mudah. Islam merupakan minoritas.
Sayangnya, setelah sekian lama mereka bekerja keras dan kemudian terwujud bangunan masjid dan madrasah tersebut dalam jumlah yang memadai, kekurangan sumber daya manusia menghadang. “Kegiatan dakwah masih jalan di tempat,” tulis mingguan berbahasa Arab itu.
Banyak faktor yang menyebabkan itu terjadi. Minimnya juru dakwah dan orang-orang yang berpengalaman di bidang tersebut menjadi kendala. “Di sisi lain, generasi muda Islam Brasil terlalu sibuk di medan ekonomi dan politik, sehingga kegiatan dakwah dan keagamaan menjadi kosong,” tulis Al ‘Alam Al Islamy mengutip komentar seorang tokoh muslim negara itu.
Saat ini, jumlah masjid dan mushola di Brasil lebih dari 80 buah. Padahal, pada tahun 2001 jumlahnya tidak bergeser dari 50-an. Sayangnya, masjid, mushola, maupun madrasah tersebut banyak yang tutup atau kehilangan ghiroh-nya.
Brasil pernah mencatat sejarah dalam penyebaran Islam di Amerika Latin. Masjid pertama kali yang dibangun di wilayah itu adalah Masjid Raya Sao Paulo di Brasil yang mulai digagas tahun 30-an. Tahun 1939, tokoh-tokoh muslim Brasil ‘saweran’ membeli lahan. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tahun 1948 dan baru berakhir pembangunannya tahun 1960.
Lamanya pembangunan masjid, tak lepas dari sulitnya upaya dana yang dilakukan umat Islam di negeri sepakbola tersebut. Begitu pembangunan masjid rampung, umat Islam sudah tersebar ke seantero Brasil. Di daerah-daerah baru itu, mereka juga mendirikan masjid. Jumlah masjid pun kian berkembang dan tak hanya di Sao Paulo saja.
Sedangkan madrasah mulai berdiri di Brasil sejak tahun 60-an. Pertamakali madrasah berdiri di San Paulo, daerah yang paling banyak dihuni umat Islam. Setelah itu, berdiri pula madrasah di wilayah Cortiba dan beberapa tempat lainnya.
Madrasah digunakan sebagai semacam diniyah, yaitu untuk mengajarkan ilmu agama dan bahasa Arab. Sayangnya, seperti juga terjadi pada masjid yang tidak dikelola dengan baik, madrasah-madrasah belum berhasil memberikan bimbingan keagamaan yang baik.
Beruntung, beberapa minggu lalu pemerintah Kerajaan Arab Saudi serta sejumlah negara-negara Islam telah mengirimkan bantuan kepada umat Islam di Brasil berupa tenaga pengajar, dai, dan buku-buku bacaan. Bahkan tak hanya itu, pemerintah Kerajaan Arab Saudi serta negara-negara Islam lainnya juga telah memberikan bantuan materi serta beasiswa bagi pelajar muslim untuk meneruskan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Persoalan pendidikan mungkin lebih pelik ketimbang pengelolaan masjid. Sampai saat ini, muslim Brasil belum menemukan metode yang pas bagi pengajaran agama dan bahasa Arab. ”Pendidikan masih diberikan dengan sistem yang konvensional,” tulis Al ‘Alam Al Islamy.
Madrasah-madrasah yang ada di sana, menurut media ini, belum sepenuhnya dikelola secara utuh untuk belajar agama Islam dan pelajaran bahasa Arab melainkan baru sekadar kelas-kelas dirasah terbatas yang disebut dengan Daurah Ta’limil ‘Arabiyyah (semacam kursus bahasa Arab, Red).
Rumitnya lagi, untuk menemui kelas-kelas terbatas ini juga tidak mudah bagi generasi muda muslim di Brasil. Masalah jarak menjadi kendala, karena muslim tidak mukim di satu tempat saja. Belum lagi, mereka sering melakukan perpindahan tempat tinggal, mengikuti kedua orangtuanya. “Walaupun jumlah anak-anak muslim di Sao Paulo bisa mencapai ribuan, tapi yang ikut belajar pada kelas-kelas pelajaran Islam dan bahasa Arab ini jumlahnya sangat sedikit sekali,” jelasnya.
Masalah pengadaan buku dan sarana audiovisual juga menjadi problem tersendiri. Informasi tentang dunia Islam yang bisa mereka serap setiap hari juga sangat minim. “Banyak umat Islam di Brasil yang tak tahu apa-apa tentang Islam,” tambahnya.
Setiap Hari 3 Masuk Islam
Masa depan islam di brazil
MASA depan Islam di Brasil cukup cerah. Setiap hari, 3 orang masuk Islam. Sejumlah lembaga Islam di Brasil menyatakan, jumlah orang yang memeluk Islam di satu kota seperti San Paolo setiap harinya mencapai 3 orang.
Sayangnya, tidak ada data statistik yang detail mengenai berapa jumlah umat Islam sesungguhnya di Brasil. Beberapa lembaga Islam menilai sekitar 3 juta orang. Jumlah ini terbagi antara kaum imigran dari negara-negara Arab dan Islam, dan warganegara Brasil sendiri yang memeluk Islam.
Hosam El Bostani, seorang imam di salah satu masjid di Sao Paolo menegaskan, kebanyakan yang masuk Islam itu adalah dari kalangan pemuda dan kaum wanita. Ini menguatkan bahwa agama Islam memiliki masa depan yang besar (baca: cerah) di Brasil.
Mengenai sebab kenapa secara khusus, kedua kelompok masyarakat begitu antusias masuk Islam. Seorang wartawati Brasil, Rita de Ceiba mengatakan, kaum wanita dan pemuda merupakan kelompok masyarakat yang paling menderita di Brasil akibat berantakannya rumah tangga (broken home) dan ketidakharmonisan dalam keluarga




Kesimpulam :
            Sejak ditemukannya Brasil oleh orang Spanyol pada abad ke-15 dan didatangkannya para budak dari barat dan utara Afrika, dunia Latin mulai dikenalkan pada Islam. Para budak dan orang Spanyol ini hidup tersebar di Brasil, Venezuela, Kolombia, dan Kepulauan Karibia.Sebagian besar Muslim saat itu adalah para budak. Tapi, dalam beberapa kasus mereka harus mengganti kepercayaannya secara terpaksa. Dan, seiring dengan berjalannya waktu, Islam pun menghilang dari negara-negara Amerika Latin, termasuk Brasil.
Pada akhir abad ke-16, setelah pembebasan para budak, muncul komunitas muslim. Para budak yang dibebaskan ini membentuk komunitas bersama dengan imigran dari India dan Pakistan. Berdasarkan beberapa dokumen, selama tahun 1850 dan 1860, terjadi imigrasi besar-besaran muslim Arab ke tanah Amerika.
Sebagian besar mereka datang dari Suriah dan Lebanon. Mereka menetap di Argentina, Brasil, Venezuela, dan Kolombia. Sebagian juga tinggal di Paraguay, bersama-sama dengan imigran dari Palestina, Bangladesh, dan Pakistan. Imigrasi ini berlangsung secara terus-menerus dan mulai berkurang pada tahun 50-an. Sementara di Kolombia, pengurangan imigran terjadi pada dekade 70-an. Hingga kini masih banyak yang menetap di Brasil dan Venezuela .


Daftar pustaka :
http://putramahkotaofscout.blogspot.com/


Tiada ulasan:

Catat Ulasan