Pokok permasalahan
1.
Bagaimana penyebaran agama islam di cina ?
2.
Bagaimana suku – suku yang beragama islam di cina?
3. Awal
mula islam bersemi di dataran cina?
4. Bagaimana
kondisi Agama islam pada zaman dinasti song ?
5.
Bagaimana saat Masa Surut Islam di Daratan Cina?
6.
Pendahuluan
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui
kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di
Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam
masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga
Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di
Asia Tenggara hamper semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di
wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat,
Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu
telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan
mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi
semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk
menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Para ahli sejarah sepakat bahwa Islam masuk ke
Tiongkok (Cina) pada awal abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M), tepatnya pada
tahun 618 M, yakni pada masa pemerintahan Dinasti Tang (618-907 M). Pendapat
ini menyatakan pula bahwa Islam masuk ke Cina dibawa oleh sahabat yang bernama
Sa’ad bin Abi Waqqas dengan rombongannya yang berjumlah 15 orang. Islam masuk
ke Cina melalui dua jalur utama, jalur darat disebut dengan Jalur Sutera dan
jalur laut melalui pelayaran yang disebut dengan Jalur Lada.
Sejarawan Kwantung mencatat kedatangan muslim pertama
di Cina terjadi pada permulaan pemerintahan dinasti Tang. Dalam catatan mereka
disebutkan banyaknya orang asing dari kerajaan Annam, Kamboja, Madinah dan
beberapa negara lainnya datang ke Canton. Orang-orang asing ini menyembah
langit dan tidak menyembah patung, berhala, maupun gambar-gambar di tempat
peribadatan mereka. Kerajaan Madinah terletak di dekat India dan di kerajaan
ini lahir agama orang-orang asing ini yang berbeda dengan asal-usul agama
Budha. Mereka tidak makan daging babi dan tidak pula minum arak. Kini para
pemeluk agama ini disebut Hui-Hui.
Kedatangan Islam ke Cina tercatat dalam kitab sejarah
Chiu T’hang Shu yang menyebutkan bahwa Cina pernah menerima kunjungan
diplomatik dari orang-orang Ta Shih (Arab) yang diutus oleh Tan mi mo ni’
(Amirul Mukminin), yakni Khalifah Utsman bin Affan. Utsman menugaskan
Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Utusan
khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang.
Kaisar lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di
Canton, masjid pertama di daratan Cina. Pada masa Dinasti Tang, Cina tengah
mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya, sehingga dengan mudah
ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.
Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan
Jiao yang berarti 'agama yang murni' dan menyebut Makkah sebagai tempat
kelahiran Buddha Ma-hia-wu (Nabi Muhammad SAW).
Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina
adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk
Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah
banyak. Ketika Dinasti Song berkuasa, umat Muslim telah menguasai industri ekspor
dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara
konsisten dijabat orang Muslim.
Cina
yang sebelumnya terkenal dengan nama RRC (Republik Rakyat China ) terletak di
wilayah Asia Timur berbatasan dengan 14 negara tetangga Korea Utara, Mongolia,
Rusia, Vietnam, Laos, Birma, India, Bhutan, Nepal, Pakistan dan negara-negara
lainnya. Agama Islam telah tersebar di China selama lebih 1300 tahun.
Suku
beragama islam
Suku islam di cina
Di
China, terdapat 10 suku bangsa yang beragama Islam, termasuk etnik Huizu,
Uygur, Kazakh, Kirgiz, Tajik, Uzbek, Tatar dan lain-lainnya. Penduduk Islam
tinggal di merata tempat di seluruh China, terutamanya di bagian barat laut
China, termasuk provinsi Gansu, Qinghai, Shanxi, Wilayah Autonomi Xinjiang dan
Wilayah Autonomi Ningxia. Agama Islam sudah tidak asing bagi penduduk di negara
ini. Ia telah menjadi salah satu agama yang penting di China.
Awal mula islam bersemi di dataran
cina
Terdapat
beberapa versi hikayat tentang awal mula Islam bersemi di dataran Cina. Versi
pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina dibawa para sahabat
Rasul yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethopia). Sahabat Nabi hijrah ke
Ethopia untuk menghindari kemarahan dan amuk massa kaum Quraish jahiliyah.
Mereka antara lain : Ruqayyah (anak perempuan Nabi), Ustman bin Affan
(suami Ruqayyah), Sa’ad bin Abi Waqqas (paman Rasulullah SAW) dan sejumlah
sahabat lainnya.
Para
sahabat yang hijrah ke Etopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha Negus
di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah
Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan Cina pada
saat Dinasti Sui berkuasa (581 M – 618 M).
Sumber
lainnya menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina ketika Sa’ad Abi
Waqqas dan tiga sahabatnya berlayar ke Cina dari Ethopia pada tahun 616 M.
Setelah sampai di Cina, Sa’ad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian kembali
lagi ke Guangzhou membawa kitab suci Alquran. Ada pula yang menyebutkan, ajaran
Islam pertama kali tiba di Cina pada 615 M – kurang lebih 20 tahun setelah
Rasulullah SAW tutup usia. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan
Sa’ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Konon, Sa’ad
meninggal dunia di Cina pada tahun 635 M. Kuburannya dikenal sebagai Geys’
Mazars.
Utusan
khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang
pada tahun 651 M. Kaisar pun lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng
atau masjid Memorial di Canton – masjid pertama yang berdiri di daratan Cina.
Ketika Dinasti Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi
kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal
masyarakat Tiongkok.
Agama islam pada zaman dinasti song
Pada
zaman Dinasti Song, agama Islam dianggap lebih mulia oleh rakyat China, agama
Islam telah mulai berkembang di China dan kawasan kediaman penduduk beragama
Islam lebih luas. Banyak orang asing yang beragama Islam tinggal di bandar
Guangzhou di provinsi Guangdong dan bandar Quanzhou di provinsi Fujian secara
berkumpulan. Masjid pada zaman Dinasti Song yang masih ada sekarang sudah tidak
banyak, yang paling terkenal ialah masjid “Qing Jing Si” dibandar Quanzhou.
Zaman
Dinasti Yuan merupakan zaman yang paling penting bagi perkembangan agama Islam
di China, karena Agama Islam di China berkembang paling pesat dan paling makmur
pada zaman itu dan mempunyai kedudukan yang penting, arena politik dan
kehidupan masyarakat. Penduduk yang menganut agama Islam bertambah pesat, dan
warga Islam China banyak mengadakan perhubungan dengan dunia Arab. Masjid di
China pada zaman itu bertambah banyak. Selain bercirikan seni Arab, reka
bentuknya telah menerima seni China, karena banyak menggunakan kayu yang
diukir.
Pada
zaman Dinasti Ming, perkembangan agama Islam di China telah menghadapi
rintangan, maharaja pertama Dinasti Ming memandang rendah terhadap agama Islam.
Baginda mengeluarkan perintah untuk melarang rakyat menyembelih lembu secara
tersendiri dan beberapa dasar yang mendiskriminasi umat Islam, termasuk orang
Islam tidak boleh menjadi pegawai kerajaan dan lain-lainnya. Ini telah
mencetuskan kemarahan umat Islam di China dan penduduk Islam mengadakan
pemberontakan di ibu kota negara.
Masjid dan Perkembangan Islam di Cina
Orang
Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti ‘agama yang
murni’. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran ‘Buddha
Ma-hia-wu’ (Nabi Muhammad SAW). Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di
Cina adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali
memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian
bertambah banyak. Ketika Dinasti Song bertahta, umat Muslim telah menguasai
industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal
pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.
Jauh
sebelum ajaran Islam diturunkan Allah SWT, bangsa Cina memang telah mencapai
peradaban yang amat tinggi. Kala itu, masyarakat Negeri Tirai Bambu sudah
menguasai beragam khazanah kekayaan ilmu pengetahuan dan peradaban. Tak bisa
dipungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta
peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu ketabiban,
kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat Cina
ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M.
Sejak
itu, para saudagar dan pelaut dari Arab membina hubungan dagang dengan `Middle
Kingdom’ – julukan Cina. Untuk bisa berkongsi dengan para saudagar Cina,
para pelaut dan saudagar Arab dengan gagah berani mengarungi ganasnya samudera.
Mereka `angkat layar’ dari Basra di Teluk Arab dan kota Siraf di Teluk Persia
menuju lautan Samudera Hindia.
Sebelum
sampai ke daratan Cina, para pelaut dan saudagar Arab melintasi Srilanka dan
mengarahkan kapalnya ke Selat Malaka. Setelah itu, mereka berlego jangkar di
pelabuhan Guangzhou atau orang Arab menyebutnya Khanfu. Guangzhou merupakan
pusat perdagangan dan pelabuhan tertua di Cina. Sejak itu banyak orang Arab
yang menetap di Cina.
Kebudayaan
Islam mempunyai kedudukan yang penting dalam kebudayaan China, umat Islam di
China pernah memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan sains dan
teknologi China. Kalender yang dicipta oleh umat Islam pernah digunakan di
China dalam waktu yang panjang. Alat pandu arah angkasa yang dicipta oleh
seorang ahli ilmu falak yang bernama Zamaruddin pada Dinasti Yuan sangat
populer di China. Ilmu matematik yang dikembangkan dari Arab telah diterima
oleh orang China. Ilmu perobatan Arab juga menjadi sebagian daripada ilmu
perobatan China. Umat Islam juga terkenal dengan pembuatan meriam di China,
Dinasti Yuan menggunakan sejenis meriam yang dikenali sebagai meriam etnik
Huizu yang diciptakan oleh orang Islam China. Meriam itu tidak menggunakan
bahan letupan, tetapi menggunakan batu sebagai peluru, dan meriam itu sangat
populer di China pada zaman itu. Selain itu, orang Islam juga terkenal dengan
teknik pembinaan dan menenun.
Untuk
menunjukkan kekaguman dan penghormatannya terhadap Islam, kaisar lantas
mendirikan masjid pertama di Cina. Masjid Canton (Memorial Mosque) sampai saat
ini masih berdiri tegak dan telah berusia 14 abad. Masjid ini adalah saksi bisu
perkembangan Islam di negeri tirai bambu itu. Setelah itu, hubungan Islam dan
Cina berkembang pesat hingga muncul perkampungan Muslim. Yang pertama dibangun
adalah Cheng Aan.
Pada
tahun ke 133 Hijriah terjadi pertempuran besar yang menentukan sejarah Islam di
Asia Tengah. Pasukan Muslim dipimpin Ziyad. Meski tak jelas berapa korbannya,
Cina mengalami kekalahan menyedihkan dalam pertempuran kali ini. Setelah
kemenangan itu, Muslim mengontrol penuh hampir seluruh wilayah Asia Tengah.
Kemenangan itu membuka pintu lebar-lebar bagi ulama Islam.
Pada
tahun 138 Hijrah, Jenderal Lieu Chen melakukan pemberontakan melawan Kaisar
Sehwan Tsung. Untuk menumpas pemberontakan itu kaisar memohon pertolongan
Khalifah Al Mansur dari dinasti Abbasiyah. Al Mansur menyanggupi dengan
mengirim 4 ribu tentaranya ke Cina. Bantuan ini membuat kaisar bisa menghadapi
para pemberontak.
Itulah
mula pertama hingga tentara Turki mulai hadir di Cina. Mereka menetap dan
lantas menikahi perempuan Cina. Saat ini ulama Cina berkembang baik dalam
bidang ilmu agama maupun filsafat dan sosial. Bahkan tak sedikit yang ikut
mewarnai filsafat Confusius. Namun belakangan umat Islam menghadapi banyak
masalah. Kehidupan yang sangat keras dialami saat dinasti Manchu berkuasa
(1644-1911 Masehi). Terjadi perseteruan paling keras di mana terjadi lima kali
perang yakni Lanchu, Che Kanio, Singkiang, Uunanan dan Shansi. Muslim mengalami
kekalahan dalam pertempuran kali ini. Korban yang jatuh tak terhitung dan
mengakibatkan menyusutnya jumlah Muslim hingga sepertiganya saja.
Setelah
kekalahan menyakitkan itu jumlah Muslim kembali berkembang. Diperkirakan ada 60
juta umat Islam. Mereka bukan cuma mengerti teori tapi juga praktik. Mereka
mengenal rukun Islam, konsep halal dan haram dan sempat memimpin peradaban di
Cina. Umat Islam punya babak baru pada masa Mao Tse Tung (1893-1976). Negarawan
besar ini juga punya hubungan khusus dengan umat Islam. Ketika dia menetapkan
markasnya ke Niyan, umat Islam Cina mendukungnya penuh. Bahkan sebagian Musilm
ikut bergabung dalam tentara Merahnya meski sebagian menyembunyikan agama asli.
Pada
1954 pemerintah menjamin kebebasan untuk melakukan shalat, upacara ritual dan
budaya serta sosial sendiri. Sebagai perbandingan terhadap etnis minoritas
lainnya, mereka juga diberi kebebasan terutama menjalin hubungan dengan muslim
lain di dunia. Belakangan memang pemerintah Cina memberi perlakuan khusus bagi
mereka. Caranya dengan memberikan otonomi atau provinsi khusus buat mereka.
Pemerintah Cina memberi hak khusus kepada etnik minoritas. Sebagai bukti, di
luar dari 22 provinsi ada lima daerah otonomi penuh yang didasarkan pada
pengakuan atas hak warga minoritas bukan saja Muslim tapi juga etnik lain.
Wilayah
itu adalah Zhuang di Guangxi Zhuangzu, Hui-wilayah muslim di Ningxia Huizu,
Uygurs di Xinjiang Uygurs, Tibet di Tibet, dan Mongol di wilayah khusus Mongol.
Wilayah khusus lain dibedakan lantaran perjanjian dengan Inggris seperti
Hongkong yang telah dikembalikan secara resmi.
Islam
di Cina kental dengan muatan lokal. Kondisinya mirip dengan di Indonesia
terutama wilayah Jawa. Desain masjid atau rumah-rumah hunian Muslim Cina
mengambil budaya setempat. Warna merah, kuning dan bahkan kepercayaan terhadap
unsur yin dan yang juga diyakini umat Islam. Muslim Cina masih menghormati dan
bahkan meyakini kepercayaan leluhur.
Arsitektur
masjid misalnya. Kubahnya dibuat model Cina. Pada pintunya terdapat tabir tipis
dari plastik sebagai pencegah bala. Bagi masyarakat Cina, terlarang pintu yang
menghadap ke depan. Biasanya pintu dibuat agak berliku. Dan jika langsung
menghadap depan akan ada tirai yang menghalangi. Sebuah perbedaan yang bisa
disaksikan secara kasat mata adalah bahwa Muslim tinggal berkelompok. Ini
memudahkan mereka mencari makanan halal. Hanya di perkampungan Muslim kita bisa
mendapatkan daging dan makanan halal lain. Di tempat lain makanan halal sulit
ditemukan. Buku-buku agamapun ditulis dalam bahasa Han. Hadis, fikih, ahlak dan
sejarah diterbitkan dalam bahasa lokal.
Penulis
seperti Ma Chu, Leo Tse dan Chang Chung (1500-1700 Masehi) adalah tokoh yang
berjasa menerjemahkan teks Arab dan Parsi kedalam bahasa lokal. Bahkan di
antara buku-buku tersebut ada yang ajarannya bercampur dengan pengajaran
filsafat Confusius. Penerjemahan Alquran pertama dilakukan pada abad 19.
Ma Pu Shu mencoba menerjemahkan lima juz saja. Meski belum lengkap, apa yang ia
kerjakan sangat berjasa bagi Muslim lokal. Abad 20 adalah masa sukses bagi umat
Islam Cina. Sejumlah ulama berusaha meneruskan langkah Ma Pu Shu. Bukan saja
Alquran, penerjemahan juga dilakukan terhadap teks agama lain seperti hadis
Arbain an-Nawawy. Adalah Syaikh Wang Jing Chai dan Yang Shi Chian yang berjasa
melakukannya.
Filsafat
dan ilmu pengetahuan sosial lainnya adalah keuntungan yang diperoleh dari ulama
Islam Cina. Telaah yang dilakukan Wang Dai Yu dan Liu Tsi pada masa Dinasti
Ming dan Chend sangat berjasa bukan saja bagi pengembangan filsafat Islam tapi
juga pemikiran filsafat Cina.
Pada
tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim
dari Bukhara untuk tinggal di Cina. Tujuannya untuk membangun zona penyangga
antara Cina dengan Kekaisaran Liao di wilayah Timur Laut. Orang Bukhara itu
lalu menetap di di antara Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin
Pangeran Amir Sayyid alias ‘So-Fei Er’. Dia bergelar `bapak’ komunitas Muslim
di Cina.
Ketika
Dinasti Mongol Yuan (1274 M -1368 M) berkuasa, jumlah pemeluk Islam di Cina
semakin besar. Mongol, sebagai minoritas di Cina, memberi kesempatan kepada
imigran Muslim untuk naik status menjadi Cina Han.Bangsa Mongol menggunakan
jasa orang Persia, Arab dan Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada
waktu itu, banyak Muslim yang memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan.
Para sarjana Muslim mengkaji astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para
arsitek Muslim juga membantu mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq.
Pada
masa kekuasaan Dinasti Ming, Muslim masih memiliki pengaruh yang kuat di
lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang adalah jenderal
Muslim terkemuka, termasuk Lan Yu Who. Pada 1388, Lan memimpin pasukan Dinasti
Ming dan menundukkan Mongolia. Tak lama setelah itu muncul Laksamana Cheng Ho –
seorang pelaut Muslim andal.
Masa Surut Islam di Daratan Cina
Saat
Dinasti Ming berkuasa, imigran dari negara-negara Muslim mulai dilarang dan
dibatasi. Cina pun berubah menjadi negara yang mengisolasi diri. Muslim di Cina
pun mulai menggunakan dialek bahasa Cina. Arsitektur Masjid pun mulai mengikuti
tradisi Cina. Pada era ini Nanjing menjadi pusat studi Islam yang penting.
Setelah itu hubungan penguasa Cina dengan Islam mulai memburuk.
Hubungan
antara Muslim dengan penguasa Cina mulai memburuk sejak Dinasti Qing
(1644-1911) berkuasa. Tak cuma dengan penguasa, relasi Muslim dengan masyarakat
Cina lainnya menjadi makin sulit. Dinasti Qing melarang berbagai kegiatan
Keislaman.Menyembelih hewan qurban pada setiap Idul Adha dilarang. Umat Islam
tak boleh lagi membangun masjid. Bahkan, penguasa dari Dinasti Qing juga tak
membolehkan umat Islam menunaikan rukun Islam kelima – menunaikan ibadah haji
ke Tanah Suci Makkah. Taktik adu domba pun diterapkan penguasa untuk memecah
belah umat Islam yang terdiri dari bangsa Han, Tibet dan Mogol. Akibatnya
ketiga suku penganut Islam itu saling bermusuhan. Tindakan represif Dinasti
Qing itu memicu pemberontakan Panthay yang terjadi di provinsi Yunan dari 1855
M hingga 1873 M.
Setelah
jatuhnya Dinasti Qing, Sun Yat Sen akhirnya mendirikan Republik Cina. Rakyat
Han, Hui (Muslim), Meng (Mongol) dan Tsang (Tibet) berada di bawah Republik
Cina. Pada 1911, Provinsi Qinhai, Gansu dan Ningxia berada dalam kekuasaan
Muslim yakni keluarga Ma. Kondisi umat Islam di Cina makin memburuk ketika
terjadi Revolusi Budaya. Pemerintah mulai mengendorkan kebijakannya kepada
Muslim pada 1978. Kini Islam kembali menggeliat di Cina. Hal itu ditandai
dengan banyaknya masjid serta aktivitas Muslim antaretnis di Cina.
Kesimpulan :
Kedatangan Islam ke Cina tercatat dalam kitab sejarah
Chiu T’hang Shu yang menyebutkan bahwa Cina pernah menerima kunjungan
diplomatik dari orang-orang Ta Shih (Arab) yang diutus oleh Tan mi mo ni’
(Amirul Mukminin), yakni Khalifah Utsman bin Affan. Utsman menugaskan
Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Utusan
khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang.
Kaisar lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di
Canton, masjid pertama di daratan Cina. Pada masa Dinasti Tang, Cina tengah
mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya, sehingga dengan mudah
ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.
Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan
Jiao yang berarti 'agama yang murni' dan menyebut Makkah sebagai tempat
kelahiran Buddha Ma-hia-wu (Nabi Muhammad SAW).
Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina
adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk
Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah
banyak. Ketika Dinasti Song berkuasa, umat Muslim telah menguasai industri
ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran
secara konsisten dijabat orang Muslim.
Cina
yang sebelumnya terkenal dengan nama RRC (Republik Rakyat China ) terletak di
wilayah Asia Timur berbatasan dengan 14 negara tetangga Korea Utara, Mongolia,
Rusia, Vietnam, Laos, Birma, India, Bhutan, Nepal, Pakistan dan negara-negara
lainnya. Agama Islam telah tersebar di China selama lebih 1300 tahun.
Daftar pustaka
Arnold, Thomas Walker. 1984. The
Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith
http://putramahkotaofscout.blogspot.com/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan