Pokok permasalah
5. Bagaimana Wilayah Muslim di jepang?
pendahuluan :
Seorang
tokoh Islam asli Jepang, Prof. Hassan Ko Nakata sendiri mengatakan dengan terus
terang kesulitan menyebarkan Islam di negara tersebut yang diistilahkannya
dengan ungkapan "Seperti mendakwahi batu", nyaris tidak bergeming.
Dari
200.000 orang penduduk muslim di Jepang,
: Menurut Michael Penn, "Islam in Japan: Adversity and
Diversity," Harvard Asia Quarterly, Vol. 10, No. 1, Winter 2006.
menyebutkan bahwa : sebagian besar umat Islam di Jepang (90%) adalah pendatang,
sedangkan penduduk asli Jepang sendiri yang memeluk Islam diperkirakan tidak
lebih dari 10%. ( Sumber : Wikipedia : Islam in Japan ) Jadi kalau perkiraan ini benar
maka jumlah pemeluk Islam yang berasal dari penduduk asli adalah sekitar
7.000-20.000 orang.
Sejarah
Kedatangan Islam di Jepang
Menurut tulisan yang saya kutip dari ceramah salah
seorang wakil duta besar Jepang untuk Indonesia yang berjudul "Hubungan Islam dengan Jepang", menyebutkan bahwa agama Islam mulai masuk ke Jepang
diperkirakan sekitar zaman Restorasi Meiji (1867), ditandai dengan masuknya
literatur literatur mengenai Islam yang berasal dari Eropa atau China, mulai
diterjemahkan dan masuk ke Jepang.
Berikut saya kutip isi artikel di atas lebih lengkap :
[" Kemudian, pada tahun 1890 (seribu depalan ratus sembilan puluh),
terjadi sebuah peristiwa yang mempertemukan Jepang dan Islam. Peristiwa ini
dikenal sebagai Peristiwa Kapal Ertogrul. Sebuah kapal Turki karam di perairan
Jepang. Dari 600 (enam ratus) penumpang, hanya 69 (enam puluh sembilan) yang
selamat. Pemerintah maupun rakyat Jepang bersama-sama berusaha menolong para
penumpang yang selamat dan mengadakan upacara penghormatan bagi arwah penumpang
yang meninggal dunia. Mereka yang selamat, akhirnya dapat kembali ke negara
mereka berkat sumbangan yang berhasil dikumpulkan dari seluruh rakyat Jepang.
Peristiwa ini menjadi pencetus dikirimnya utusan pemerintah Turki ke Jepang
pada tahun 1891 (seribu delapan ratus sembilan puluh satu). Hubungan yang
sangat baik dengan Turki ini, juga membawa kemenangan bagi Jepang dalam
peperangan dengan Rusia yang dimulai pada tahun 1904 (seribu sembilan ratus
empat). Dikatakan, pada saat armada kapal kekaisaran Rusia melintasi laut
Baltik, Turki memberitahukan hal tersebut kepada Jepang, dan karena itu, Jepang
meraih kemenangannya. Setelah peristiwa tersebut, yaitu sekitar tahun 1900-an,
untuk pertama kalinya warga muslim Jepang pergi ke Mekkah untuk menunaikan
ibadah Haji. Sejak saat itu, Islam mulai dikenal secara luas.."]
Hubungan baik antara Turki dan Jepang ini tampaknya
berlanjut hingga sekarang dan orang Turki merupkan salah satu dari ethis asing
yang cukup dijumpai di negara tersebut. Kemudian tahun 1955, beberapa
ulama dari Pakistan datang ke Jepang dan berdakwah di sejumlah kota besar,
membuat agama Islam mulai dikenal lebih luas di Jepang.
Di negara jepang saat ini terdapat ratusan buah mesjid
dengan jumlah terbanyak terletak di daerah Tokyo. Mesjid tertua di Jepang
adalah mesjid Kobe yang didirikan tahun 1928 oleh pedagang dari India,
sedangkan mesjid tertua di Tokyo adalah Masjid Jamii yang dibangun tahun 1938
didirikan oleh orang Turki dengan mendapat sokongan penuh pemerintahnya.
(sumber : wikipedia). Mesjid terbaru sekarang adalah Mesjid Gifu, propinsi
Aichi, yang terkenal dengan industri otomotifnya. "Proyek pembangunan
masjid ini menelan biaya sebesar 129 juta yen atau setara 1,1 juta dolar
AS" (sumber : berita antara).
Dari segi bentuk fisik, mesjid yang ada di Jepang
hampir tidak ada perbedaannya dengan mesjid umumnya yang ada di tanah air,
besar, megah dan indah serta tidak ketinggalan bangunan menara dan kubah
besarnya. Namun perlu dicatat bahwa mesjid dengan katagori seperti di atas
jumlahnya tidaklah banyak karena sebagian besar lainnya hanyalah berupa
bangunan sederhana berupa rumah, apartement atau ruangan kosong yang disewa secara
patungan oleh beberapa orang.
Karena membuat keributan dan kebisingan adalah
dilarang di negara tersebut (berlaku juga untuk agama lain) maka praktis suara
azan hanya terdengar di dalam ruangan mesjid saja. Hal ini mungkin akan menjadi
salah satu perbedaan paling utama kalau dibandingkan dengan kondisi mesjid di
Indonesia.
Ini merupakan bagian yang paling sulit untuk dijawab
karena tidak ada catatan atau penghitungan resmi tentang hal ini. Tidak seperti
di negara kita dimana agama adalah merupakan identitas wajib yang harus
dimiliki oleh setiap orang, kondisi di Jepang adalah sebaliknya. Agama adalah
urusan pribadi yang sama sekali tidak diatur oleh pemerintah. Sensus, angket
atau pertanyaan tentang agama yang dilakukan oleh badan resmi negara dipastikan
tidak akan pernah ada. Jadi jawaban pasti dari jumlah penduduk muslim di Jepang
tidak akan pernah bisa didapatkan. Namun menurut perkiraan atau klaim yang
dibuat oleh Islamic Center di negara tersebut menyebutkan angka sebesar 70.000
s/d 200.000 orang.
Muslim
Jepang Asli
Dari 200.000 orang penduduk muslim di Jepang, apakah
seluruhnya merupakan orang (asli) Jepang atau penduduk pendatang ? Pertanyaan
yang sepertinya sangat menarik dan paling ditunggu tunggu. Namun sekali lagi
pembaca tidak akan pernah mendapat jawaban yang pasti. Berikut catatannya lebih
lengkap :
Menurut Michael Penn, "Islam in Japan: Adversity
and Diversity," Harvard Asia Quarterly, Vol. 10, No. 1, Winter 2006.
menyebutkan bahwa : sebagian besar umat Islam di Jepang (90%) adalah pendatang,
sedangkan penduduk asli Jepang sendiri yang memeluk Islam diperkirakan tidak
lebih dari 10%. ( Sumber : Wikipedia : Islam in Japan ) Jadi kalau perkiraan ini benar
maka jumlah pemeluk Islam yang berasal dari penduduk asli adalah sekitar
7.000-20.000 orang.
Menurut Direktur Jenderal Institute of Developing
Economic (IDE), Dr Sadashi Fukuda memperkirakan jumlahnya sekitar 10.000 orang.
Kosei Morimoto, Ph.D menyebut kisaran angka 12.000 s/d 15.000. orang. Asisten
Sekretaris Pres Direktur Devisi Pers Internasional Mentri Luar Jepang, Chiba
Akira memperkirakan hanya sekitar 5.000-an. Tapi Imam Masjid Kobe, Mohsen
Shaker, yakin jumlah umat Islam di seluruh Jepang, mencapai 20.000-an atau
bahkan mungkin lebih, katanya lebih lanjut. (Sumber : Harian Pagi Fajar, Makasar : Warna-Warni Kehidupan Beragama di Jepang)
Menurut Hassan Ko Nakata, proffesor dan guru besar
tentang study Islam mengatakan " Di Jepang tidak ada organisasi
tunggal untuk Muslim Jepang. Juga tidak ada angka pasti berapa sebenarnya
jumlah Muslim di Jepang. Tapi angka perkiraannya sekitar 70.000. Jumlah
terbesar adalah Muslim dari Indonesia, sekitar 20.000 orang. Muslim asli Jepang
sendiri diperkirakan hanya 7.000 orang dimana kebanyakan dari mereka masuk
Islam melalui pernikahan dengan pasangan Muslim dari luar Jepang. Dari jumlah
itu, hanya sekitar 500 orang yang terorganisasi di bawah Japan Muslim
Association, sebuah organisasi Islam terbesar dan tertua di Jepang. Jadi,
Muslim Jepang benar-benar minoritas mutlak. Keberadaannya di tengah-tengah
masyarakat Jepang nyaris tak terperhatikan dan diabaikan. . . . ". Di
bagian lain beliau juga mengatakan bahwa tokoh Islam (penduduk asli)
sebelumnya, hampir sebagian besar tidak meninggalkan keturunan.
Dari websitenya Bapak Ishizawa Takeshi menyebutkan : "Menurut Shukyo Nenkan (Almanak Agama) diterbit dari
Departmen Pendidikan dan Kebudayaan Jepang yang versi tahun 1996, jumlahnya
pemeluk Islam adalah Islamic Center Japan : 2600 orang, Japan Muslim
association: 120 orang"
Berikut saya kutipkan sebagian dari artikel yang
berjudul "Islam di Jepang, sebuah perjalanan panjang". Ditulis oleh
Kartika Lestari dan dimuat di site PMIJ (Persaudaraan Muslim
Indonesia Jepang) : "Walaupun banyak organisasi Islam yang didirikan sejak
tahun 1900-an, masing-masing hanya memiliki sedikit anggota yang aktif. Tidak
ada estimasi yang dapat dipercaya (akurat) tentang populasi Muslim Jepang. Data
yang menyatakan bahwa jumlah total Muslim Jepang adalah 30.000 orang terlalu
dilebih-lebihkan. Beberapa orang menyatakan bahwa jumlah total populasi Muslim
Jepang sebanyak hanya ada beberapa ratus orang. Mungkin ini merupakan jumlah
Muslim Jepang yang benar-benar mempraktekkan Islam. Ketika diminta untuk
memberikan estimasi mengenai jumlah Muslim Jepang yang sebenarnya, Abu Bakar
Marimoto mengatakan bahwa total jumlah mereka seluruhnya seribu orang, jika
kita tidak melakukan pengecualian terhadap mereka yang masuk Islam karena
pernikahan dan mereka yang tidak mempraktekkan Islam dengan sungguh-sungguh,
mungkin jumlahnya mencapai beberapa ribu orang."
Dari sejumlah sumber yang saya kutip di atas,
sepertinya sudah cukup jelas bahwa sangat sulit untuk memberikan angka yang
jelas karena setiap sumber memberikan jumlah angka yang bervariasi. Islamic
Center di Jepang sepertinya memberikan penjelasan yang paling tepat :
"Jawabanya sangat tergantung dari pihak mana yang Anda tanya ".
. Mesjid yang berdiri di sejumlah tempat, kota ataupun
desa sama sekali tidak bisa dijadikan indikasi bahwa disekitar areal tersebut
adalah konsentrasi penduduk muslim. Tentu saja karena pendirian tempat ibadah
di negara tersebut relatif mudah dalam arti tidak harus didirikan di tengah
warga dengan agama yang sama.
Kebanyakan dari umat muslim yang ada di Jepang adalah
para pendatang dengan profesi yang beragam namun umumnya adalah pelajar,
pekerja bisnis, tenaga kerja magang, serta staff kedutaan beserta keluarga.
Mereka tinggal dan tersebar di banyak tempat namun umumnya terkonstrasi di kota
besar seperti Tokyo, Nagoya, Osaka, Hirosima, Kobe serta wilayah lainya yamg
memiliki komplek industri seperti Hamamatsu atau komplek peternakan seperti
Hokkaido.
Cukup menarik untuk diketahui bahwa komposisi terbesar
dari penduduk muslim di Jepang ternyata adalah warga Indonesia yaitu sekitar
20.000 an (sumber lihat di atas). Angka ini sepertinya masuk akal karena
setelah saya bandingkan dengan catatan dari kedutaan besar Jepang di Jakarta
menyebutkan bahwa jumlah warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang : 23.890
per Desember 2004.
Tokoh,
Mualaf dan Organisasi Islam di Jepang
Tokoh, Mualaf dan Organisasi
Islam di Jepang Siapakah orang Jepang
pertama yang memeluk Islam ? Sejumlah nama yang bisa dicatat adalah : Torajiro
Yamada (tanpa catatan tahun), Mitsutaro Takaoka tahun 1909 kemudian Bunpachiro
Ariga (1946), Hilal Yamada Torajiro (1957), Nurullah Tanaka Ippei (1934) dan
masih banyak lagi (sumber : tidak dicatat). Orang Jepang muslim yang naik haji
pertama kali adalah Haji Kataro Yamaoka. (sumber : Berita Antara).
Sedikit catatan, mengambil sample para mualaf periode
awal, kebanyakan adalah perorangan sehingga hampir tidak seorangpun yang
melahirkan keturunan. Mungkin hal inilah yang menyebabkan perkembangan agama
ini di kalangan penduduk asli relatif sangat lambat.
Sedangkan organisasi muslim pertama adalah Japan
Muslim Association berdiri di tahun 1953 bawah pimpinan Sadiq Imaizumi dengan
jumlah anggota sebanyak 65 orang.
Adakah artis atau orang Jepang terkenal yang beragama
Islam ? Pertanyaan yang cukup sering saya dapatkan dari pembaca. Pertanyaan
tidak mudah tentu saja. Hal ini disebabkan karena sifat sangat tertutup dari
orang Jepang tentang data personal terlebih lagi dalam urusan agama. Kalau tidak
si-artis sendiri yang ngaku, maka kita nyaris tidak akan tahu agama yang dianut
oleh seseorang. Namun jawaban sepertinya saat ini belum ada artis Jepang yang
beragama Islam. Saya yakin kalau seandinya ada artis atau tokoh Jepang beragama
Islam maka tentunya sudah menjadi berita heboh dan marak di dunia maya
Indonesia.
Setelah perang dunia kedua, perkembangan Islam di
Jepang mulai mencapai masa keemasan karena diberitakan saat itu banyak tentara
yang bertugas di negara lain yang memeluk Islam dan kemudian mendirikan
organisasi agama serta menyebarkannya agama barunya itu ke masyarakat luas.
Kemudian pada setelah terjadinya krisis minyak tahun 1973, karena perhatian
Jepang mulai beralih ke negara negara penghasil minyak yang sebagian besar
adalah negara arab..
Kemudian ada juga sumber lain yang menambahkan
keterangan sedikit berbeda yaitu perkembangan Islam di Jepang juga menunjukkan
kenaikan setelah peristiwa 11 September 2001, serta setelah perang teluk. yang
berakhir dengan dikuasainya Irak oleh pasukan Amerika. Pendapat menarik lanya
mengatakan bahwa saat inilah perkembangan Islam mencapai puncaknya karena tiap
hari mesjid dilaporkan tidak pernah sepi dari kunjungan orang Jepang yaitu
sekitar 50 orang perhari yang ingin berpindah memeluk agama Islam. (Sumber
lengkap tidak dicatat)
Perkembangan Islam di Jepang juga pernah menjadi
sorotan karena beberapa kasus seperti pembunuhan Hitoshi Igarashi tanggal
11July 1991 yang sangat menghebohkan. Beliau adalah seorang dosen bidang
Study Islam yang menerjemahkan buku Ayat Ayat Setan, ditemukan meninggal
berlumuran darah di dekat ruang kerjanya yaitu di Universitas Tsukuba Ibaraki.
Kasus ini mendapat sorotan yang luas dan melibatkan investigasi besar besaran
namun pelakunya masih tetap misteri sampai akhirnya kasusnya ditutup pada
tanggal 11July 2006. Menurut undang undang di Jepang kasus kriminal dianggap
selesai dan kasusnya akan ditutup setelah melewati waktu 15 tahun. Kasusnya
bisa dibaca disini
Kasus lainnya yang juga menjadi sorotan adalah
terbunuhnya Kazuya Ito, seorang tenaga sukarelawan proyek irigasi di Afganistan tahun 2008.
Pembunuhnya yang mengatasnamakan kelompok Islam tersebut menculik tenaga sosial
tersebut sehabis bekerja. Namun sebetulnya jauh sebelum itu kecurigaan orang
Jepang terhadap kegiatan agama sudah cukup besar seperti perang dan kekerasan
atas nama agama di sejumlah negara Arab, Philipina ataupun Indonesia serta
kasus yang sangat terkenal penghancuran situs bersejarah di lembah Bamyan,
membuat perkembangan agama Islam di negara tersebut sangat tidak menguntungkan.
Kemudian kasus lainya yang paling terkenal adalah
adalah peristiwa serangan 11 September 2001 yang menyebabkan 24 orang Jepang
tewas. Kasus ini cukup unik sekaligus juga membingungkan khususnya dalam
hubungannya dengan Islam di Jepang. Beberapa site menyebutkan setelah peristiwa
11 September 2001, memicu banyak orang Jepang yang memeluk Islam, namun
sebagaian kecil lagi memberikan agrumen yang sebaliknya, jadi agar tidak
menimbulkan perdebatan rasanya cukup adil kalau saya tulis keduanya. Di sub ini
saya memakai sumber dari koran online The Japan Times .
Sedikit catatan, salah seorang pelaku 11 Septermber
pernah bermukim di negara tersebut. Beberapa laporan inteligen beberapa kali
melaporkan bahwa Jepang merupakan salah satu target serangan mereka dan bulan
Mey 2004, 4 orang yang anggota atau simpatisan Al Qaida telah tertangkap di
negara tersebut (Sumber CNN). Jadi bisa dibayangkan sejak kejadian tersebut, aktivitas keagamaan
menjadi semakin diawasi.
Sebenarnya jauh sebelum itu yaitu sejak kasus serangan
gas sarin oleh kelompok agama Aum Shinrikyo bulan March 1995, masyarakat Jepang
sudah cukup alergi dengan kegiatan atau kelompok yang berbau agama jadi setelah
beberapa kasus lain yang muncul kemudian seakan menambah panjang daftar
kecurigaan tersebut. Walaupun kasus terakhir dan juga kasus lainya sama sekali
tidak berkaitan dengan Islam namun bagi mereka (sepertinya) adalah sama saja.
Jadi untuk mengubah stereotip miring semacam ini tentu saja tidaklah mudah.
Salah satu sebab agama Islam bisa berkembang pesat di
Jepang adalah karena bagusnya iklim tolerensi yang ada di masyarakat di negara
ini dan jaminan dari pemerintah sendiri tentang kebebasan beragama. Kebebasan
yang dimaksud adalah dalam arti luas termasuk juga bebas untuk tidak memeluk
agama apapun. Orang Jepang secara umum bisa dikatakan tidak mengenal agama,
jadi tentu saja tidak akan ada fanatisme agama dalam diri mereka. Agama
hanyalah sekedar aktivitas budaya yang tidak akan tercatat pada dokument
identitas apapun.
Salah satu contoh menarik tentang toleransi adalah
kasus seorang muslim dari Malaysia, Nik Yusof, yang meninggal saat tragedi bom
Hiroshima 6 Augustus 1945, makamnya justru dibuat dan dipelihara oleh pengurus
kuil Buddha. (sumber : surat kabar online, The Star, Malaysia). Kemudian contoh
yang lebih umum, kuburan muslim di Yamanashi Tokyo berhasil dibangun berkat
jasa dari Umat Buddha sekte Sotoshu. Makam seluas 4.800 meter persegi yang saat
ini berisi sekitar 120 makam terletak di areal makam milik Kuil Monjuin, Koshu.
(Sumber : The Yamiuri Shinbun).
Kemudian hampir semua tempat ibadah atau mesjid yang
berdiri sekarang adalah terletak di tengah komunitas penduduk asli yang
notebene bukan pemeluk muslim. Jadi hal ini mungkin merupakan salah satu contoh
yang paling mudah. Jadi kalau seandainya aturan pendirian tempat ibadah
diperketat atau setidaknya seperti aturan di Indonesia, mungkin mesjid tidak
akan pernah ada di negara tersebut.
Menurut pendapat saya pribadi, orang Jepang rata rata
sangat toleran terhadap adat dan kepercayaan negara lain dan disamping itu
mereka juga selalu ingin tahu tentang hal baru. Program siaran di televisi
tentang budaya negara lain bisa kita temukan dengan mudah seperti kehidupan
dunia arab ataupun kehidupan di Indonesia. Walaupun sulit dimengerti karena
sangat berbeda dengan pola pikir mereka setidaknya mereka mencoba untuk
memahaminya. Sekali lagi hanya pendapat pribadi.
Berikut saya kutipkan beberapa pendapat yang ditulis
oleh rekan lain :
(dikutip dari : Republika : Islam berkembang pesat di Jepang ) "Kebebasan beragama yang telah dinikmati oleh
masyarakat Jepang selama ini, punya andil yang cukup besar bagi diterimanya
Islam di Jepang. Masyarakat Jepang dengan bebas dapat memeluk Islam sebagai
agama. Lebih dari, kondisi masyarkat Jepang yang cukup toleran dan lebih
mengutamakan akal dan logika lebih memudahkan mereka menerima kebenarna Islam
yang ajarannya memang tidak bertentangan dengan akal sehat. Karena berpikir
logis itu pula yang menjadikan masyarakat Jepang tidak terpengaruh dengan isu
terorisme Islam yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu." (dikutip
dari : http://islamlib.com/id/artikel/berbahasa-arab-di-jepang/ ) "Saya sempat berkunjung ke sebuah perpustakaan
swasta, Toyo Bunko atau Oriental Library, yang didirikan dan dibiayai oleh
keluarga perusahaan besar, Mitsubishi. Perpustakaan ini mempunyai koleksi
ratusan ribu buku tentang kebudayaan timur dalam pelbagai bahasa. Saya diajak
keliling oleh Direktur Riset, Prof. Tsugitaka Sato, ke seluruh ruangan
perpustakaan, melihat koleksi ratusan ribu buku dan manuskrip tua yang
menakjubkan. Prof. Sato menghadiahkan sebuah buku yang baru ditulisnya, tentang
sosok seorang wali besar dari Asia Tengah, yaitu Ibrahim b. Adham. Sayang
sekali, saya tidak paham bahasa Jepang sehingga tak bisa menikmatinya. Bagi
anak-anak pesantren, sudah tentu tokoh Ibrahim b. Adham ini sangat dikenal.
Saya benar-benar kaget, ternyata tradisi kajian Islam di Jepang cukup
berkembang dengan baik dan kukuh. Inilah yang menjelaskan kenapa muncul
beberapa sarjana Islam Jepang dalam tingkatan yang sejajar dengan para sarjana
Islam di Barat, seperti Pro. Toshihiko Izutsu atau Sachiko Murata, pengarang
buku The Tao of Islam yang terkenal itu"
Banyak kalangan berpendapat bahwa kesulitan terbesar
umat Islam di Jepang adalah kurangnya tempat ibadah. Kebanyakan mesjid yang ada
sangat jauh dari tempat tinggal atau tempat mereka bekerja.
Sedangkan kendala lain seperti makanan halal misalnya
sama sekali tidak dianggap masalah serius karena makanan jenis ini relatif
mudah ditemukan khususnya lewat toko online. (Sumber artikel : tidak dicatat).
Sedangkan khusus untuk kasus diskriminatif yang dialami oleh penduduk asli yang
beralih menjadi muslim (sepertinya) hampir tidak ada. Sekali lagi agama adalah
masalah personal bagi orang Jepang dan negara ataupun masyarakat sama sekali
tidak akan ikut campur di dalamnya.
Kesimpulan :
Setelah
perang dunia kedua, perkembangan Islam di Jepang mulai mencapai masa keemasan
karena diberitakan saat itu banyak tentara yang bertugas di negara lain yang
memeluk Islam dan kemudian mendirikan organisasi agama serta menyebarkannya
agama barunya itu ke masyarakat luas. Kemudian pada setelah terjadinya krisis
minyak tahun 1973, karena perhatian Jepang mulai beralih ke negara negara
penghasil minyak yang sebagian besar adalah negara arab..
Kemudian ada juga sumber lain yang menambahkan
keterangan sedikit berbeda yaitu perkembangan Islam di Jepang juga menunjukkan
kenaikan setelah peristiwa 11 September 2001, serta setelah perang teluk. yang
berakhir dengan dikuasainya Irak oleh pasukan Amerika. Pendapat menarik lanya
mengatakan bahwa saat inilah perkembangan Islam mencapai puncaknya karena tiap
hari mesjid dilaporkan tidak pernah sepi dari kunjungan orang Jepang yaitu
sekitar 50 orang perhari yang ingin berpindah memeluk agama Islam.
Daftar pustaka :
http://www.asiaquarterly.com/content/view/168/
http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Japan
http://www.pmij.org/index.php/content/view/198/
http://www.antara.co.id/view/?i=1217211080&c=INT&s=
http://www.republika.co.id/berita/55326/Islam_Berkembang_Pesat_di_Jepang
http://www.suaramedia.com/sejarah-islam/masuknya-cahaya-islam-ke-negri-sakura.html
http://www.id.emb-japan.go.jp/spmins.html
http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=26281
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20061024zg.html
http://berbual.com/agama-dan-sosial-budaya/muhammad-noboru-sato/
http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Japan
http://www.pmij.org/index.php/content/view/198/
http://www.antara.co.id/view/?i=1217211080&c=INT&s=
http://www.republika.co.id/berita/55326/Islam_Berkembang_Pesat_di_Jepang
http://www.suaramedia.com/sejarah-islam/masuknya-cahaya-islam-ke-negri-sakura.html
http://www.id.emb-japan.go.jp/spmins.html
http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=26281
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20061024zg.html
http://berbual.com/agama-dan-sosial-budaya/muhammad-noboru-sato/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan